Bank Rakyat Indonesia mencetak 'rights issue terbesar' di kawasan ini

Entitas induk milik negara Indonesia untuk bisnis ultramikro, Bank Rakyat Indonesia, pada hari Rabu mengatakan berhasil mengumpulkan 95,9 triliun rupiah ($ 6,71 miliar) dari rights issue baru-baru ini - yang disebut bursa Jakarta sebagai penggalangan dana terbesar di Asia Tenggara.

Inarno Djajadi, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, mengatakan BRI tidak hanya memecahkan rekor rights issue terbesar sepanjang sejarah BEI, tetapi juga mengungguli bursa-bursa lain di kawasan itu. Dia menambahkan jumlah yang dikumpulkan juga merupakan salah satu yang tertinggi di antara isu-isu hak di seluruh Asia dan juga secara global.

“Ini tentu merupakan pencapaian yang sangat membanggakan, apalagi di tengah kondisi yang sangat menantang akibat pandemi COVID-19,” kata Djajadi saat acara bel pembukaan BEI, Rabu pagi, yang menampilkan jajaran eksekutif BRI. “Antusiasme yang tinggi di kalangan investor – termasuk asing dan lokal – membuktikan bahwa dunia luar masih percaya dengan prospek ekonomi Indonesia saat ini dan di masa depan.”

Presiden BRI Sunarso mengatakan rights issue sebanyak 28,2 miliar lembar saham tersebut mengalami oversubscribed sebanyak 1,53 kali, mengikuti periode perdagangan 13-22 September. Itu, tambahnya, berarti publik mempertahankan lebih dari 40% kepemilikan bank - salah satu aset terbesar di Indonesia - dengan pemerintah terus sebagai pemegang saham mayoritas.

BRI melakukan rights issue untuk mendukung penunjukan baru-baru ini sebagai entitas induk untuk dua BUMN lainnya: Pegadaian Pegadaian dan pemberi pinjaman ultramikro Permodalan Nasional Madani.

Bank sebelumnya mengatakan bahwa total penggalangan dana termasuk 54,77 triliun rupiah dalam gabungan "nilai pasar wajar" Pegadaian dan PNM setelah transfer pemerintah masing-masing 99,99% sahamnya ke BRI disahkan pada 13 September. Sisanya berasal dari negara lain. pemegang saham yang ada dan partisipasi masyarakat dalam rights issue.

Berkat fokusnya yang besar pada kredit mikro dan kecil, BRI sebelum pandemi telah mencatat pertumbuhan laba bersih 20 tahun berturut-turut.

Sunarso, yang seperti kebanyakan orang Indonesia menggunakan satu nama, pada hari Rabu menegaskan bahwa sudah waktunya bagi bank untuk mencari sumber pertumbuhan baru dari bisnis ultramikro, yang secara longgar dia definisikan selama wawancara dengan Nikkei Asia pada bulan April sebagai mereka yang mencari kurang dari 10 juta. rupiah per pinjaman dengan jangka waktu yang bisa sesingkat satu hari, untuk berita selengkapnya di Bacadenk.

Bisnis ultramikro telah lama terlayani oleh lembaga keuangan, tetapi segmen tersebut tampaknya cukup menguntungkan untuk menarik ratusan perusahaan pinjaman peer-to-peer ke Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Namun, mereka termasuk oknum dari luar negeri yang dituding Otoritas Jasa Keuangan atas banyak kegiatan ilegal, termasuk intimidasi dan pelecehan peminjam oleh penagih utang.

BRI mengatakan telah mengidentifikasi 45 juta bisnis ultramikro di Indonesia, di mana hanya sepertiga yang memiliki akses ke lembaga keuangan.

Sunarso mengatakan entitas induk ultramikro akan melakukan lebih dari sekedar membantu pemerintah mendukung pertumbuhan bisnis ultramikro dengan memberi mereka akses yang lebih luas ke pembiayaan dengan harga lebih murah melalui integrasi operasi dan layanan BRI, Pegadaian dan PNM di seluruh nusantara.

“Kami juga ingin menyampaikan kepada para pemegang saham kami bahwa konsolidasi [bisnis] ultramikro dalam satu ekosistem ini akan memberikan jaminan bagi sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan hari ini dan di masa depan,” katanya. “Untuk bank seperti BRI yang memiliki DNA usaha mikro, kecil dan menengah, kita harus menjadi juara dalam inklusi keuangan.”

Pembentukan holding ultramikro merupakan bagian dari kebijakan konsolidasi BUMN yang lebih luas dari Menteri Negara BUMN Erick Thohir, dengan kantornya baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membentuk entitas holding untuk operator pelabuhan milik negara dan perusahaan makanan.